Sunday, August 5, 2007

It's really really good story...

Suami saya adalah seorang insinyur, saya mencintai sifatnya yang
alami dan saya menyukai perasaan hangat yang muncul di perasaan
saya, ketika saya bersandar di bahunya yang bidang.
Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun dalam
masa pernikahan, saya harus akui, bahwa saya mulai merasa
lelah, alasan- alasan saya mencintainya dulu telah berubah menjadi
sesuatu yg membosankan.
Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-benar
sensitif serta berperasaan halus. Saya merindukan saat-saat
romantis seperti seorang anak yang
menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan.

Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan.Rasa
sensitif- nya kurang. Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan
suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua
harapan saya
akan cinta yang ideal.

Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan
keputusan saya kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian.

"Mengapa ?", tanya suami saya dengan terkejut.

"Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta
yang saya inginkan,"jawab saya.

Suami saya terdiam dan termenung sepanjang malam di
depan komputernya, tampak seolah-olah sedang
mengerjakan sesuatu, padahal tidak. Kekecewaan saya semakin
bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan
perasaannya,
apalagi yang bisa
saya harapkan darinya?

Dan akhirnya suami saya bertanya," Apa yang dapat
saya lakukan untuk merubah pikiran kamu ?"

Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan
pelan, "Saya punya pertanyaan, jika kau dapat
menemukan jawabannya di dalam perasaan saya, saya akan merubah
pikiran
saya: Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yang
ada di tebing gunung. Kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung
itu, kamu akan mati. Apakah kamu akan memetik bunga
itu untuk saya ?"

Dia termenung dan akhirnya berkata,
"Saya akan memberikan jawabannya besok."

Perasaan saya langsung gundah mendengar responnya.

Keesokan paginya, dia tidak ada di rumah, dan saya
menemukan selembar kertas dengan oret-oretan tangannya dibawah
sebuah gelas yang berisi susu hangat
yang bertuliskan. ..

"Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu
untukmu, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya."

Kalimat pertama ini menghancurkan perasaan saya.
Saya melanjutkan untuk membacanya.

"Kamu selalu pegal-pegal pada waktu ' teman baik
kamu ' datang setiap bulannya, dan saya harus memberikan
tangan saya untuk memijat kaki kamu yang pegal."

"Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu kuatir
kamu akan menjadi aneh'.

Saya harus membelikan sesuatu yang dapat menghibur
kamu di rumah at au meminjamkan lidah saya untuk
menceritakan hal-hal lucu yang saya alami."

"Kamu selalu terlalu dekat menonton televisi,
terlalu dekat membaca buku,dan itu tidak baik untuk
kesehatan mata kamu.

Saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua
nanti, saya masih dapat menolong mengguntingkan kuku
kamu dan mencabuti uban kamu."

"Tangan saya akan memegang tangan kamu, membimbing
kamu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan
pasir yang indah.

Menceritakan warna-warna bunga yang bersinar dan indah
seperti cantiknya wajah kamu."

"Tetapi Sayang, saya tidak akan mengambil bunga
indah yang ada di tebing gunung itu hanya untuk mati.
Karena, saya tidak sanggup melihat air mata kamu
mengalir menangisi kematian saya."

"Sayang, saya tahu, ada banyak orang yang bisa
mencintai kamu lebih dari saya mencintai kamu.
Untuk itu Sayang, jika semua yang telah diberikan
tangan saya, kaki saya, mata saya tida k cukup buat kamu,
saya tidak bisa menahan kamu untuk mencari tangan, kaki,
dan mata lain yang dapat membahagiakan kamu."

Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat
tintanya menjadi kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk
terus membacanya.

"Dan sekarang, Sayang, kamu telah selesai membaca
jawaban saya. Jika kamu puasdengan semua jawaban
ini, dan tetap menginginkan saya untuk tinggal di rumah ini, tolong
bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri di sana
menunggu jawaban
kamu."

"Jika kamu tidak puas dengan jawaban saya ini,
Sayang, biarkan saya masuk untuk membereskan barang- barang
saya, dan saya tidak akan mempersulit hidup kamu.
Percayalah, bahagia saya adalah bila kamu bahagia."

Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya
berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya
memegang susu danroti kesukaan saya.

Oh, kini saya tahu,tidak ada orang yang pernah
mencintai saya lebih dari dia mencintai saya.

Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah
berangsur- angsur hilang dari perasaan kita, karena kita merasa
dia tidak dapat memberikan cinta
dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu
sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita
bayangkan sebelumnya.

Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari
pasangan kita, dan bukan mengharapkan wujud tertentu.

taken from gobatak.com

No comments: