Wednesday, November 2, 2011

Tilhang Oberlin Gultom, Pendiri Opera Batak

Tilhang Oberlin Gultom, seniman dan pendiri Opera Batak yang dinamai Opera Tilhang (1920-1973). Selama karirnya, pria kelahiran Desa Sitamiang, Pulau Samosir ini telah mencipta 360 lagu, 12 tumba dan 24 judul drama. Setelah sang pendiri meninggal (1973), Opera Tilhang kemudian dilanjutkan para penerusnya dengan Opera Serindo (Seni Ragam Indonesia) sampai 1985. Setelah itu, opera Batak tidak pernah muncul lagi. Bagaimana proses kehadiran opera tradisi Batak yang lebih mirip teater keliling ini, tidak ada catatan pasti. Namun, nama Tilhang Oberlin Gultom selalu dikaitkan sebagai tokoh seniman yang diperkirakan sudah ada sejak tahun 1920-an. Kala itu, ia menggelar opera ini di pedalaman Tapanuli Utara. Sebutan Opera Batak dipopulerkan oleh Diego van Biggelar, misionaris Belanda yang datang ke Pulau Samosir pada 1930-an. Opera Tilhang mencapai masa keemasannya dari tahun 1960-1973. Setelah sang pendiri sekaligus pemimpin meninggal pada tahun 1973, para penerusnya, di antaranya Abdul Wahab Kasim Samosir (Pimpinan Opera Serindo) dan Zulkaidah boru Harahap, ratu opera Tilhang kala itu, bersama suaminya Pontas Gultom, melanjutkan usaha pertunjukan opera Batak bernama Seni Ragam Indonesia alias Serindo tersebut atas persetujuan seluruh keluarga Tilhang Gultom. Kala itu masih ada sekitar 70 anggota. Opera Serindo yang merupakan penjelmaan Opera Tilhang menggelar pertunjukan keliling dari desa ke desa. Namun hanya mampu bertahan sampai tahun 1985 karena para penontonnya sudah mempunyai banyak pilihan hiburan, mulai dari pertunjukan musik dan artis populer, juga terutama dengan kehadiran televisi sampai pelosok desa. Akhirnya, tahun 1985, grup opera Batak Serindo yang kala itu masih punya 45 anggota, bubar. tokohindonesia.com dikutip dari : http://www.beritaindonesia.co.id/budaya/menghidupkan-lagi-opera-batak

Thursday, September 8, 2011

Tubeless…., Bah… Mago Ban Dalam

Jeffar Lumbangaol

Adong ma sada doli-doli sian hitaan marsangkap laho mangaranto. Ibana baru tamat sian SMA. Hape arga ni kopi tingki i, taon 80-an turun. Dang adong be istilah kopi si garar utang. Jala natorasna pe dang tolap be pasingkolahon ibana tu universitas.

Dipaborhat natua-tuana ma ibana tu pulo Jawa. Sian lokket bus di Siborong-borong ma ibana nakkok. Tinggki borhat bus on, manetek do iluna. Ala tinggalhononna ma angka si dongan Magodang dohot ale-ale na sai so tarlupahon i.

Sahat ma ibana di kota Bandung di manogot ni ari, tuat ma ibana sian bus on hape dang adong dope tujuanna manang tudia. Laho ma ibana tu sada warung kopi paima torang ari. Uju laho manggarar kopi on ibana didadap ma sangkuna ni salawar jeansna i, hape dang adong be dompet na disi, huroha nunga dicopet halak dompetna i. Manang na di bus trans sumatra i do di copet, manang disi sahat ibana di kota i, dang pala tanggkas diingot ibana.

Wednesday, September 7, 2011

RUMA GORGA BATAK

Penulis : Ama Morlan Simanjuntak (Panggorga)

Gorga Batak adalah ukiran atau pahatan tradisional yang biasanya terdapat di dinding rumah bahagian luar dan bagian depan dari rumah-rumah adat Batak. Gorga ada dekorasi atau hiasan yang dibuat dengan cara memahat kayu (papan) dan kemudian mencatnya dengan tiga (3) macam warna yaitu : merah-hitam-putih. Warna yang tiga macam ini disebut tiga bolit.

Bahan-bahan untuk Gorga ini biasanya kayu lunak yaitu yang mudah dikorek/dipahat. Biasanya nenek-nenek orang Batak memilih kayu ungil atau ada juga orang menyebutnya kayu ingul. Kayu Ungil ini mempunyai sifat tertentu yaitu antara lain tahan terhadap sinar matahari langsung, begitu juga terhadap terpaan air hujan, yang berarti tidak cepat rusak/lapuk akibat kena sengatan terik matahari dan terpaan air hujan. Kayu Ungil ini juga biasa dipakai untuk pembuatan bahan-bahan kapal/ perahu di Danau Toba.

MULA NI GORGA BATAK

MANOGARI TAMBUNAN

Dung mardongan saripe Datu Gombut nabolon dohot Siboru Jongjong Anian Siboru Tibal Tudoson, tubu ma buhabajuna, PUSTAHA (Parbinotoan Hadatuon Partungkangon) Anggir, Lada, dohot Napuran. Di urang paduahon, tubu ma muse parhobas tonun dohot Parbinotoan ragi (Sirat, Uhir) dohot rupa ni bonang dohot ulos.
Patolu halihon, ditubuhon ma dakdanak na marporhas sada anak, sada boru, ima: Si Aji Donda Hatahutan dohot Siboru Sopak Nauasan manang: Siboru Sopak Panaluan. Dung magodang dak-danak nadua i, di pasahat Datu Gombut ma tuanakna i boha isara martungkang na taho jala jago, salpu i pe asa dipasahat pustaha, (urang na parjolo) na so tolap binungkana i. Ai ingkon si Aji Donda Hatahutan do naboi mangungkap pustaha i.

Tuesday, May 10, 2011

Seorang bayi telah lahir tanpa tulang di rumah sakit Bogor

Peristiwa yang mungkin cukup langka ini sempat menarik perhatian media cetak lokal. Tak ayal, para wartawan pemburu berita pun segera mendatangi rumah sakit untuk membuktikan kebenaran kabar tersebut. Di ruang pasien, tampak telah berkumpul keluarga serta sanak famili dari pasien.

Sebelumnya, pihak dokter yang dimintakan pendapatnya, tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan. Bahkan meminta para wartawan untuk menanyakan langsung ke pihak keluarga, kenapa sampai bayi tersebut lahir tanpa tulang.

Para wartawan pun mencoba menanyakan langsung ke pihak keluarga, apa kira-kira yang penyebab kelainan tersebut.

Monday, March 21, 2011

Cerita dari Tanah Batak

Pada jaman dahulu kala, hiduplah seorang pendekar wanita, Butet namanya. Sebelum lulus dari Pandapotan silat, ia harus menempuh ujian Nasution. Agar bisa berkonsentrasi, dia memutuskan untuk menyepi ke gunung dan berlatih.

Saat di perjalanan, Butet merasa lapar sehingga memutuskan untuk mampir di Pasaribu setempat. Beberapa pemuda tanggung yang lagi nonton sabung ayam sambil Toruan, langsung Hutasoit-soit melihat Butet yang seksi dan gayanya yang Hotma itu. Tapi Butet tidak peduli, dia jalan Sitorus memasuki rumah makan tanpa menanggapi, meskipun sebagai perempuan yang ramah tapi ia tak gampang Hutagaol dengan sembarang orang.|Naibaho ikan gurame yang dibakar Sitanggang dengan Batubara membuatnya semakin berselera. Apalagi diberi sambal terasi dan Nababan yang hijau segar. Setelah mengisi perut, Butet melanjutkan perjalanan. Ternyata jalan ke sana berbukit-bukit. Kadang Nainggolan, kadang-kadang Manurung. Di tepi jalan dilihatnya banyak Pohan. Kebanyakan Pohan Tanjung. Beberapa di antaranya ada yang Simatupang diterjang badai semalam.

Sekilas Tentang Ulos Batak

Apa yang ada di benak anda apabila mendengar kata Ulos? Bagi sebagian orang mungkin langsung teringat akan kain Batak yang panjangnya sekitar 2 meter, biasa tersampir di bahu, didominasi warna hitam, merah, dan putih dan bertekstur kasar.

Ulos sendiri pada zaman dahulu kala, tepatnya sebelum orang Batak mengenal tekstil buatan luar Batak, digunakan sebagai pakaian sehari – hari, baik kaum pria maupun wanita. Bila dipakai kaum pria menutupi bagian bawah disebut singkot dan disebut tali – tali atau detal bila digunakan sebagai penutup kepala. Sementara bila kaum wanita menggunakan ulos untuk menutupi tubuhnya bagian bawah hingga dada maka disebut baen. Disebut ampe – ampe apabila ulos tersebut digunakan sebagai selendang dan saong bila digunakan sebagai penutup kepala. Selain itu, ulos kala itu juga kerap digunakan sebagai selimut maupun alat menggendong.